Harry Potter At Home

May 09, 2020

"Words, after all, our most inexhaustible source of magic"
- J.K. Rowling, Harry Potter and The Deathly Hollows


Jika ada hal yang baik dalam karantina ini, itu adalah saya yang kembali pulang ke dunia magis ciptaan J.K. Rowling. Dimulai dari keinginan membaca buku yang menyenangkan, saya mendapatkan Fairfax Library menyediakan akses membaca Harry Potter and The Sorcerer's Stone tanpa perlu menunggu. Saya yang belum pernah membaca buku yang pertama (waktu kecil langsung loncat ke buku kedua) tentu saja terpikat.

Membaca ulang, kali ini dengan bahasa ibunya; bahasa Inggris UK, saya masih terkagum dengan dunia ini. Nostalgia memenuhi saya. Hati saya penuh. Rasanya seperti pulang ke rumah masa kecil, ke pekarangan biasa bermain, bertemu teman-teman yang sudah  lama tidak bersua. Saya kembali menjadi Alifa umur 7 tahun, yang membawa buku terjemahan Harry Potter kemana-mana. Buku-buku yang dibaca berulang-ulang sampai sobek dan rusak. Buku yang menjadikan saya seorang pembaca.

Saya kembali menjadi Alifa yang saking obsesinya sampai rajin mengumpulkan artikel-artikel di majalah Bobo, khususnya foto Harry. Foto ini digunting, lalu ditempel dengan karton biar kuat, untuk kemudian disimpan dalam lemari pemujaan koleksi.

Satu cerita yang lucu, dulu salah satu foto Harry ini dikira sampah dan dibuang oleh ibu saya. Karena saya mengamuk, akhirnya oleh ayah dicari di tempat sampah, ternyata ketemu walau sudah bau dan berjamur. Tapi saya senang dan tetap menyimpannya baik-baik, walau tiap hari harus dikasih bedak dan disemprot pengharum biar wangi.

Koleksi buku terjemahan Harry Potter edisi pertama

Seselesainya buku yang pertama, kepala saya belum ikut keluar dari dunia ini. Saya ingin berada di Hogwarts lebih lama, mengikuti perjalanan Harry lebih jauh lagi. Karena menonton ulang seriesnya tidak cukup memuaskan, maka dengan sangat impulsif, saya membeli Harry Potter Book Set: Bloomsbury Edition disini. Pengeluaran impulsif yang sama sekali tidak disesali.

koleksi terbaru, Bloomsbury Edition, English UK

Setelah difikir-fikir, terakhir kali saya membaca buku Harry Potter itu kelas 6 SD. Saya ingat jelas ketika hari rilis terjemahannya, saya minta ayah untuk beli lalu malamnya masuk rumah sakit karena DBD. Rentang jarak yang jauh membuat pengalaman membaca saya kali ini seperti kali pertama lagi.

Saya terbahak-bahak, menangis, mengutuk karakter, jingkrak-jingkrak, dan menyihir. S
aya bersama mereka.

---

Review singkat:

1) Harry Potter and The Sorcerer's Stone
Pondasi yang kuat dalam menciptakan dunia sihir ini. Mengambil kacamata Harry yang pertama kali menjejakkan kaki di dunia sihir, pembaca pun ikut meraba-raba dan terkesima. Banyak Easter Egg!

Favorite Quote: "It takes a great deal of bravery to stand up to our enemies, but just as much to stand up to our friends" - Albus Dumbledore 


2) Harry Potter and The Chamber of Secrets 
Di buku kedua ini, J.K Rowling terlalu fokus dalam kompleksitas masalah cerita sampai lupa membiarkan karakter-karakternya, yang masih berusia 12 tahun untuk bersenang-senang. Namun begitu, penyelesaiannya dibuat apik sekali. Semua variabel terhubung dan membentuk cerita yang logis untuk hanya dapat diselesaikan oleh The Trio (Harry, Ron, dan Hermione).

Favorite Quote: "It is our choices, Harry, that show what we truly are, far more than our capabilities" - Albus Dumbledore


3) Harry Potter and The Prisoner of Azkaban 
Buku terbaik diantara ke-3 ini. Berbeda dengan adaptasi filmnya yang bernuansa gelap, originalnya malah menyenangkan sekali. Mengeksplor Hogwarts secara mendetail dengan aktivitasnya sehari-hari.  Interaksi karakter yang banyak juga membuat ceritanya semakin hidup. Saya tidak bisa berhenti nyengir. sebuah jeda sebelum masuk ke buku ke-4 yang intens. I solemnly swear this book is up to no good! 

Favorite Quote: “Happiness can be found, even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the light.”- Albus Dumbledore


4) Harry Potter and The Goblet of Fire
Salah satu desain game terbaik. Intens dan solid.

Mengeksplor dunia sihir jauh lebih luas

Favorite Quote: “We are only as strong as we are united, as weak as we are divided.” - Albus Dumbledore


5) Harry Potter and The Order of Phoenix
Weasley is our king!
Pengembangan karakter-karakter terbaik ada di buku ini.
Walaupun paling tebal dibanding yang lain, pace-nya sama sekali tidak kendor.
Salah satu terfavorit saya

Favorite Quote: “Things we lose have a way of coming back to us in the end, if not always in the way we expect.” - Luna Lovegood

6) Harry Potter and The Half-Blood Prince
Ceritanya Essensial, namun terlalu gelap.
Menjelaskan lebih dalam soal Voldemort.

Favorite Quote: "It is the unknown we fear when we look upon death and darkness, nothing more.” - Albus Dumbledore

7) Harry Potter and The Deathly Hollows
Penutup terbaik series ini. Saya banyak menangis.
Tebalnya tidak seberapa, tapi padat sekali. Pertimbangan yang baik untuk membagi adaptasi filmnya menjadi dua bagian.


Favorite Quote: "Of course it is happening inside your head, Harry, but why on earth should that mean that it is not real?"

---

Dalam salah satu artikel Jakpost, perasaan nostalgia yang saya alami ternyata bisa dijelaskan secara psikologis.

This human predilection for becoming attached to fictional characters is lifelong, or at least from the time toddlers begin to engage in pretend play. About half of all children create an imaginary friend.Preschool children often form attachments to media characters and believe these parasocial friendships are reciprocal — asserting that the character (even an animated one) can hear what they say and know what they feel.Older children and adults, of course, know that book and TV characters do not actually exist. But our knowledge of that reality doesn’t stop us from feeling these relationships are real, or that they could be reciprocal.

We need our fictional friends more than ever right now as we endure weeks in isolation. When we do venture outside for a walk or to go the supermarket and someone avoids us, it feels like social rejection, even though we know physical distancing is recommended. Engaging with familiar TV or book characters is one way to rejuvenate our sense of connection

Membaca buku fantasy masa kecil ternyata opsi yang sangat baik untuk coping up dalam masa karantina. Kajian ini sangat logis. Alasan ini juga yang membuat J.K. Rowling untuk merilis program #HarryPotterAtHome, cara baru untuk mendekatkan dunia magis untuk siapapun yang membutuhkan sedikit sihir. Ada 17 aktor yang nantinya akan membacakan buku pertama Harry Potter: Harry Potter and The Sorcerer's Stone dan bisa didengar melalui platform spotify. Chapter pertama sudah rilis dan dibacakan oleh Daniel Radcliffe, pemeran utama yang menghidupkan Harry ke layar lebar. Podcastnya bisa didengar disini.

Kabar ini menggembirakan sekali! terutama untuk saya, yang persis malam sebelumnya baru saja menamatkan buku ke-7: Harry Potter and The Deathly Hollows. Buku terakhir dalam series ini. Kabar ini seperti merespon celetukan saya yang tidak ingin series ini selesai, setidaknya selama pandemi.


Dalam rumah yang menjemukan dan keadaan dunia yang mencemaskan, kembali ke Hogwarts tidak pernah semenyenangkan ini.

After all this time? always.




You Might Also Like

0 komentar

WHO'S IN THE POCKET?

My photo
Hi, It's Ifa! A proud multitasker, your neighborhood weeb lady, and a human equivalent of overly enthustiatic cat.

Popular Posts